Skip to main content

Umar dan Daging


Ketika masuk rumah, Umar mencium aroma sedap daging sedang dimasak. Kepada istrinya Umar pun bertanya,"Dari mana kamu dapatkan daging ini?".

Sang isti menjawab bahwa dari tiap satu dirham yang diterima dari gaji sebagai khalifah, dia menyisihkan 1/6 bagian untuk ditabung. Dan begitu sudah cukup terkumpul, uang itu dibelikan daging.

Maka Umar pun meminta kepada bendahara negara untuk memotong atau mengurangi gajinya 1/6 bagian, seraya mengatakan bahwa gajinya yang 1 dirham sehari itu masih terlalu besar. Buktinya sampai bisa menabung dan beli daging.

Padahal uang itu gaji Umar sebagai kepala negara. Dan satu dirham itu hanya bisa untuk beli seekor ayam di masa Nabi SAW. Taroklah hari ini seekor ayam dihargai 30 ribu perak, maka gajinya minta dikurangi 1/6-nya jadi 25 ribu perak.

Hehe kepala negara gajinya cuma 25 ribu perak sehari. Kita masih harus belajar banyak dari Umar yang amat bersahaja itu.


www.ahmadsarwat.com

Comments

Popular posts from this blog

Pesan M. Natsir Untuk Para Guru

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.

CTRL + Z

saya akan mengutip sebuah kata yang dipake tagline di buku Change-nya Rheinald Kasali. Dia bilang, “Sejauh apa pun kamu sudah melangkah, berbaliklah!”

Huruf Al-Quran Nggak Gundul Lagi

Jika kamu membaca Al-Qur'an asli yang diterbitkan pertama kali, yang disebut mushaf utsmani, dijamin seratus persen bakal pusing tujuh keliling. Masalahnya, huruf-hurf pada mushaf itu nggak disertai titik dan tanda baca atau harakat.  Kamu pasti akan kesulitan membedakan huruf ba yang memiliki satu titik dengan ta yang mempunyai dua titik. huruf sin dengan syin pun dijamin ketuker . Tidak hanya itu, mushaf itu juga nggak dibubuhi tanda fathah, kasrah, dan tanda lain, sehingga kamu akan kesulitan membaca vocal a,i, e, dan o.