Skip to main content

Pintu Yang Tidak pernah Tertutup





Pasti kamu sering mendengar ungkapan ini, “Wah, udah tanggung banyak dosa, jadi aku terusin aja.” Kalau kamu termasuk orang yang setuju sama statement itu, cobalah simak perkataan Ibnu Mas’ud ini, “Surga itu punya delapan pintu yang kesemuanya terbuka dan tertutup. Tapi, ada satu pintu yang selalu terbuka, nggak
pernah nutup. Itulah pintu tobat.”

Jadi, kapan pun … sejauh apa pun kamu sudah salah langkah, pintu tobat selalu terbuka buat kamu masuki. Nggak ada istilah nanggung sudah banyak dosa. Kamu
bisa sekarang juga putar arah menuju pintu yang selalu terbuka itu karena kamu adalah pilotnya. Kalau tahu bahwa betapa gembiranya Allah menyambut orang yang mengubah jalannya, kamu bakal ngiler.

Yup, Allah itu gembira banget jika melihat seseorang yang kembali ke jalan-Nya walaupun sebelumnya dia sudah ingkar abis sama Allah. Kalau kamu pulang ke jalan Allah dengan merangkak, Allah akan menyambutnya dengan berjalan. Kalau kamu menghampirinya dengan berjalan, Allah akan menyambut kamu dengan berlari. Kurang apa lagi?

Allah menegaskan diri-Nya sebagai tawaburrahim, zat yang selalu menerima tobat dan penuh kasih sayang. Dia bukan sosok yang pendendam. Dia siap menerimamu
kembali kapan pun kamu mau melakukannya. Bahkan, ketika kamu sudah mengkhianati-Nya. Akan tetapi, tentu aja ada beberapa langkah yang harus
kamu tempuh jika kamu ingin benar-benar memperbaiki diri. Pertama, kamu betul-betul meninggalkan perbuatan kamu yang jelek itu. Kedua, kamu harus menanamkan rasa penyesalan. Ketiga, kamu harus membuat niat kuat,
janji pada diri kamu sendiri nggak bakalan mengulanginya lagi. Jika tiga syarat itu kamu tanamkan dalam hati, percaya deh, kamu bisa berbalik arah tanpa takut salah jalur lagi. Proses install ulangmu bakal komplet!

---irfan amalee


Comments

Popular posts from this blog

Pesan M. Natsir Untuk Para Guru

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.

CTRL + Z

saya akan mengutip sebuah kata yang dipake tagline di buku Change-nya Rheinald Kasali. Dia bilang, “Sejauh apa pun kamu sudah melangkah, berbaliklah!”

Huruf Al-Quran Nggak Gundul Lagi

Jika kamu membaca Al-Qur'an asli yang diterbitkan pertama kali, yang disebut mushaf utsmani, dijamin seratus persen bakal pusing tujuh keliling. Masalahnya, huruf-hurf pada mushaf itu nggak disertai titik dan tanda baca atau harakat.  Kamu pasti akan kesulitan membedakan huruf ba yang memiliki satu titik dengan ta yang mempunyai dua titik. huruf sin dengan syin pun dijamin ketuker . Tidak hanya itu, mushaf itu juga nggak dibubuhi tanda fathah, kasrah, dan tanda lain, sehingga kamu akan kesulitan membaca vocal a,i, e, dan o.