Skip to main content

Mereka Yang Berani Memutar Arah



Muhammad Ali si Petinju Terbaik Abad Ini pun pernah melakukan kesalahan. Waktu belum masuk Islam, dia arogan banget. Setiap kali tinjunya membuat lawannya tersungkur di kanvas, dia selalu berteriak, “Akulah yang Agung!” Rasa percaya dirinya sering menjelma jadi keangkuhan, yang dia sendiri nggak bisa mengendalikannya. Jiwanya dipenuhi rasa bimbang. Kehidupannya di tengah orang-orang Amerika yang bejat, membuat dia nggak bahagia. Hingga dia menemukan Islam sebagai agama yang menyayangi manusia tanpa melihat warna kulit. Hidupnya berubah 180 derajat. Ali banting setir menjadi seorang yang rendah hati. Hidupnya dia abdikan untuk kesejahteraan manusia. Dia menyumbangkan kekayaannya untuk membantu orang-orang yang menderita.

Kamu juga pasti pernah mendengar lagu Morning has Broken. Itulah lagu legendaris yang ditulis Cat Stephen, biduan Inggris yang genius. Di usianya yang kedelapan
belas, dia sudah menghasilkan delapan album rekaman. Kesuksesannya membuat dia merasa bisa membeli semua keinginannya. Tetapi, pada saat yang sama—ketika
dia berada di puncak karier—Stephen merasa takut terjatuh. Perasaan takut itu dia usir dengan mereguk minuman keras. Kehidupannya yang kacau membuat dia benci kehidupan ini. Dia mengasingkan diri. Hingga pada 1975, sesuatu terjadi. Kakaknya memberi mushaf Al-Quran. Kata-kata basmalah sangat berpengaruh dalam jiwanya.

Dia mulai mempelajari Islam. “Aku mengabdikan hidupku untuk orang-orang yang membutuhkan,” begitu katanya. Seperti yang sudah saya ungkapkan, hidup ini bukan jalan tol yang satu arah. Kita bisa berbalik arah kapan pun kita mau. Ada ribuan jalan alternatif yang bisa kita tempuh. Dalam hidup, banyak jalur untuk mundur, berbalik arah, pindah jalur, mundur ke sepuluh langkah sebelumnya, atau menancap gas dengan kecepatan tinggi. It’s your life! Kamulah pilotnya. Cuma masalahnya, kadang-kadang, kita takut berbalik arah karena merasa ada orang lain yang juga menjadi pilot dalam hidup kita.

Mereka merasa berhak mengendarai hidup kita. Kita takut mereka mencemooh langkah yang bakal kita pilih. Kamu takut dijauhi teman atau dicemooh orang yang kamu cintai gara-gara kamu mengambil langkah yang nggak mereka senangi. Kalau kamu seperti itu, bersikaplah seperti Muhammad Ali. Ketika Muhammad Ali mengubah arah hidupnya 180 derajat dengan meninggalkan agama nenek moyangnya pindah ke agama Islam, orang-orang Amerika kecewa. Mereka menyayangkan langkah Ali dan semua orang mengkhawatirkan karier tinjunya.
Namun, Muhammad Ali adalah petinju yang tidak hanya kuat di atas ring, tapi juga punya pendirian kuat dalam hidup nyata. “Aku nggak harus menjadi apa yang
kamu inginkan. Aku bebas untuk menjadi apa yang aku inginkan,” begitu ucapannya menjawab komentar-komentar orang lain.

Dalam berbalik arah, kamu sah-sah aja melakukannya dengan diam-diam karena takut dicemooh orang-orang di sekitarmu. Tapi, Ali melakukannya dengan terang-
terangan. Dia mengumumkan keislamannya dengan terbuka. Persis seperti yang dilakukan Umar bin Khaththabketika dia berdiri di Ka‘bah mengumumkan keislamannya kepada orang-orang Quraisy yang memusuhi Islam saat  itu. Tindakan itu tentu aja penuh risiko. Mengumumkan perubahan arah hidup seperti yang dilakukan Ali atau Umar bin Khaththab nggak beda dengan mengatakan,
“Mulai saat ini, aku nggak lagi sejalan denganmu. Aku akan menempuh jalan yang terbaik menurutku. Kamu boleh nggak setuju. Tapi, it’s my life.” Tindakan seperti ini perlu ditopang nyali dan percaya diri. Jika kamu bisa melakukannya, wah T.O.P B.G.T-lah.
---irfan amalee



Comments

Popular posts from this blog

Pesan M. Natsir Untuk Para Guru

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.

CTRL + Z

saya akan mengutip sebuah kata yang dipake tagline di buku Change-nya Rheinald Kasali. Dia bilang, “Sejauh apa pun kamu sudah melangkah, berbaliklah!”

Huruf Al-Quran Nggak Gundul Lagi

Jika kamu membaca Al-Qur'an asli yang diterbitkan pertama kali, yang disebut mushaf utsmani, dijamin seratus persen bakal pusing tujuh keliling. Masalahnya, huruf-hurf pada mushaf itu nggak disertai titik dan tanda baca atau harakat.  Kamu pasti akan kesulitan membedakan huruf ba yang memiliki satu titik dengan ta yang mempunyai dua titik. huruf sin dengan syin pun dijamin ketuker . Tidak hanya itu, mushaf itu juga nggak dibubuhi tanda fathah, kasrah, dan tanda lain, sehingga kamu akan kesulitan membaca vocal a,i, e, dan o.