Jika PENDIDIKAN dianggap sebuah INDUSTRI, apa masukannya dan keluarannya?
Sebenarnya, pemahaman "Pendidikan sbg industri jasa" yg sering keliru dianggap sbg Industri Produk/Barang/Benda Mati inilah smbr masalahnya.
Jika Pendidikan merupakan Industri Produk/Benda, maka masukannya calon murid, keluarannya org berketerampilan/berkompetensi tertentu.
Gambaran Pendidikan sebagai pabrik ini yg di"nyinyir"i Pink Floyd dalam The Wall tersebut.
Di video The Wall, masukannya adalah anak2, kemudian diproses diseragamkan, shg keluarannya "orang-orang" yg patuh, terampil, mampu kerja.
Jika Pendidikan dianggap Industri Produk/Pabrik, tentu gambaran itu mmg pas. Dampaknya, kita ingin masukannya seseragam dan sebaik mungkin.
Akibatnya, persekolahan mensyaratkan calon siswanya yg plg terampil, paling dekat dg gambaran lulusannya yg diangankan.
Seperti yg kita lihat sekarang. Taman Kanak-Kanak bahkan meminta calon muridnya sdh dpt membaca/berhitung. Krn pendidikan dianggap pabrik.
Perguruan Tinggi di Indonesia jg menganggap dirinya sebuah Industri Produk, bukan Industri Jasa.
Akibatnya, mutu Perg Tinggi diukur dari lulusannya, seperti gaji lulusannya,
Seperti industri otomotif, mutunya tentu diukur dari mobil yg dihasilkan.
Karena cara pandang Pendidikan sbg Industri Produk ini, institusi pendidikan tak tertarik mendidik anak "bodoh" atau "termarginalkan"
Mereka berpikir, sebagai sebuah pabrik, tentunya yg ideal itu sesedikit berupaya, lulusannya sebanyak2nya, secepat2nya, sekaya2nya, ...
Dampak anggapan Pendidikan sbg Industri Produk ini pula yg menghasilkan pikiran menghasilkan "lulusan terstandarkan" kecakapannya seragam.
Seperti pabrik kompor, pendidikan sbg industri produk, mengangankan keluarannya (baca: lulusannya) sama ukuran, mutunya sama.
Pendidikan sbg industri produk tentu mengangankan lulusannya berkecakapan sama, andal, dan patuh, agar dpt diterima sbg pekerja.
Namun, tentu ini cara pandang tak beres. Lulusan pendidikan haruslah manusia2 yg berkemampuan optimum sesuai dg talentanya.
Jadi, ini akan ke pertanyaan, "Di Pendidikan, apa yang harus distandardisasi?"
Untuk mengoreksi ini, Pendidikan harus dipandang sebagai sebuah INDUSTRI JASA. Serupa dengan Travel Biro yg melayani perjalanan kita.
Jika kita ke Kantor Layanan Perjalanan, apa masukannya? Apa keluarannya? Tentu masukannya bukan orang bukan?
Rumah Sakit tentu juga tak memandang masukannya orang sakit dan keluarannya orang "sehat" dan "mati", kan?
Layanan Pendidikan seperti juga Layanan Kesehatan harus dipandang sebagai sebuah Industri Jasa.
Jika Pendidikan dipandang sbg Industri Jasa, maka masukannya adalah Standar Nasional, Kurikulum, ... Keluarannya adalah PEMBELAJARAN.
PEMBELAJARAN di sini meliputi dari penyediaan peluang, fasilitas, sampai konsultasi dalam proses belajar. Jasa perpustakaan, contohnya.
Oleh krn itu, Pendidikan dikatakan bermutu baik, jika penyediaan peluang dan fasilitas pembelajaran seoptimum mungkin bagi setiap murid.
Murid bukan masukan maupun keluaran, tetapi justru sebagai pengguna/pemanfaat keluaran, yakni pembelajaran..
Murid pandai hanya mungkin jika dia ingin pandai dan mau belajar. Pelanggan/pengguna industri jasa harus AKTIF memanfaatkan, otherwise rugi
Di Pendidikan sbg Industri Produk/Pabrik, tentu anak gak pinter2 atau keluaran cacat, tak terstandardisasi, harus diafkir/disortir/dibuang.
Anak tak sesuai standar tak ada tempat di Pendidikan sbg Pabrik. Goal Pendidikan sbg Pabrik mmg menghasilkan lulusan berkemampuan standar
Namun, Pendidikan sbg Industri Jasa justru menyerahkan pada pelanggan (murid) untuk memanfaatkan keluarannya yakni peluang pembelajaran itu
Murid punya pilihan bagaimana memanfaatkan layanan jasa pembelajaran yg disediakan pendidikan, utk menjadikan dirinya seoptimum mungkin.
Sama seperti saat ke travel biro, dua org blm tentu ingin bepergian ke tujuan yg sama.
Pendidikan yg baik, spt jasa layanan perjalanan yg baik, memungkinkan pelanggannya menentukan tujuannya sesuai dg keinginannya, dg dibantu.
Tak ada pula Travel Biro yg blg, "biar kami saja yg jalan2, yg cape, Ibu/Bapak tunggu di rumah, nanti kami ceritakan perjalanannya." :)
Kita menggunakan Jasa (pendidikan/petualangan/perjalanan) untuk menikmati proses "petualangan"nya
Walau Travel Biro hanya satu, tujuan dan pengalaman perjalanan tiap pelanggan tentu berbeda. Namun, setiap orang dapat puas krn "belajar"
Jika birokrat & politisi msh memahami pendidikan sbg Industri Produk/Barang, maka akan tetap muncul ide penyeragaman.anak, krn dianggap brg.
Ini tantangan yg sangat berat, bgmn membelajarkan gagasan Pendidikan sbg Industri Jasa ini ke para pengambil kebijakan.
Sebaliknya, Pendidikan sbg Industri Produk/Pabrik akan membuat ggsn Penyeragaman Lulusan sbg sesuatu yg wajar.
Jika Pendidikan merupakan Pabrik, dan keluarannya adalah LULUSAN, tentulah menyeragamkan lulusan itu ide cemerlang.
Akhirnya, akan selalu kembali pada prinsip bgmn kita memandang Pendidikan: Industri Produk atau Industri Jasa
Ujian Nasional dan Kurikulum 2013 juga ilustrasi bgmn Pendidikan dipandang sbg Pabrik. Tujuannya PENYERAGAMAN LULUSAN.
Semoga pak Mendikbud dan Kemdikbud membenahi prinsip dasar Pendidikan sbg Industri Jasa ini. UN, K13 hanya fenomena dr Pendidikan sbg Pabrik
@irwanpranoto
sumber :chirpstory.com
Comments
Post a Comment