Pujian bagi anak memiliki pengaruh besar bagi jiwanya. Pujian dapat menyentuh perasaannya dan membuatnya segera mengoreksi perbuatan dan perilakunya dengan perasaan lega dan serius. Itulah yang ditegaskan oleh Rasulullah saw. Beliau mengingatkan urgensi pujian bagi anak jika kita menginginkan anak-anak merespons dan melaksanakan kewajiban.
Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. yang berkata, "jika seseorang bermimpi pada masa Rasulillah saw., ia menceritakannya kepada Rasulullah saw. Saya pun berangan-angan bahwa saya bermimpi, kemudian akan saya ceritakan kepada Rasulullah saw. Saya adalah anak muda dan saya tidur di masjid pada masa Rasulullah saw. Maka, saya bermimpi bahwa malaikat membawa saya ke neraka. Di sana, terlihat ada lubang seperti lubang sumur. Ternyata, di dalamnya ada orang-orang yang saya kenal. Maka, saya mengucapkan, 'Aku berlindung kepada Allah dari neraka'. Lalu, aku menceritakan kepada Hafshah dan dia menceritakannya kepada Rasilullah saw. Maka, beliau bersabda, 'Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah jika dia shalat malam.' Setelah itu, saya tidak pernah tidur malam kecuali sebentar."
Demikianlah Rasulullah saw. Mendahulukan pujian, "sebaik-baik lelaki adalah Abdullah." Kemudian, beliau mengingatkan ke sesuatu yang terlalaikan dengan cara yang indah dan menarik hati, "Andai dia shalat malam." Demikianlah pujian dan sanjungan jika dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat, tidak berlebihan, dan bukan basa basi. Ia akan membuahkan hasil yang bermanfaat setiap saat.
Kemudian, di antara yang dikatakan Rasulullah saw. Kepada pemuda yang belajar bahasa Suryani pada hari perang Khandaq adalah "Bukankah dia adalah anak yang paling baik?". Artinya, pada saat itu, Rasulullah saw. Menyanjung pemuda tersebut.
Oleh karena itu, mari kita meneladani Rasulullah saw. Mari kita memuji anak-anak kita secara seimbang, yaitu pada waktu dan tempar yang tepat.
---M. RASYID DIMAS
Comments
Post a Comment