Orang tua mana yang tidak sedih menjumpai putranya dengan kasat mata berbohong kepada mereka? Bukankah para ahli sudah menyatakan bahwa pangkal dari setiap dosa adalah bohong. Bahkan Rasulullah Saw. hanya memberikan satu nasihat kepada seorang pemuda agar tidak berbohong dan bekiau mengulanginya hingga tiga kali. Namun, justru perilaku inilah yang sering kita jumpai pada anak-anak kita.
Pentingnya posisi jujur di dalam agama bukan berarti membolehkan kita sebagai orang tua saat menjumpai anak kita berbohong kemudian bersikap reaktif dan keras. Karena sikap yang salah di dalam merespon anak, kita justru akan menjadikan mereka lebih suka atau tertantang untuk melakukan kebohongan kembali.
Ada beberapa dorongan yang menyebabkan seorang anak berbohong.
- Faktor Imajinasi, setiap anak mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, begitu juga dalam hal minat dan harapan. Keadaan yang berbeda ini menyebabkan seorang anak sering berangan-angan tentang keinginannya yang belum terpenuhi. Dari angan-angan tersebut bisa menyebabkan anak akhirnya berfantasi. Bisa jadi fantasi itu berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya. Tidak heran jika seorang anak menceritakan pengalamannya berkeliling hutan dengan menunggangi harimau. Fantasi ini bisa jadi muncul karena keinginan anak untuk melihat harimau, atau dari dongeng yang pernah ia dengar tentang "Harimau Si Raja Hutan".
- Konflik Diri, keadaan yang sangat mendesak terkadang menyebabkan seorang anak mencari alasan atau jawabanuntuk menyelamatkan diri dari kondisi yang tidak menyenangkan. Seperti pada kasus anak yang dihukum oleh gurunya karena tidak mengerjakan PR dan sering dimarahi oleh orang tuanya. Ketika mendapatkan hukumandari gurunya, ia akan menceritakan kepada orang tuanya bahwa hari itu ia justru mendapat hadiah yang sangat menyenangkan. Bisa juga pada kisah piring pecah. Saat ia melihat mata orang tuanya membulat, mungkin ia akan mengatakan kalau piringnya direbut oleh hantu.
- Meniru, tidak dapat dipungkiri anak akan meniru perilaku orang dewasa disekitarnya. Jika orang tua memberikan alasan dan mengatakan sesuatj yang sifatnya bohong untum menghindari suatu kegiatan di depan anaknya, maka secara tidak sadar orang tua telahmemberikan contoh yang buruk kepada anaknya. Seorang ibu yang enggan membuka pintu ketika ada tamu dan menyuruh supaya anaknya mengatakan "Ibu sedang pergi" kepada tamunya, maka suatu saat anak itu pun akan meniru sikap ibunya tersebut.
- Menghilangkan kejenuhan dan mendapatkan perhatian. Jika seorang anak sedang jenuh dan tidak tenang karena tidak ada sesuatu yang bisa ia lakukan, maka ia akan merangkai cerita yang seru untuk menghibur temannya.
Ada beberapa sikap yang harus kita lakukan jika menghadapi anak yang sedang berbohong.
- Tidak menuduh anak berbohong bila tidak ada bukti. Setiap orang butuh diberi kepercayaan, begitu pula anak kita. Dabulukan husnudzan 'berbaik sangka' dengan cara mendengarkan alasan yang ia kemukakan. Jika ia tidak mendapatkan kepercayaan, maka ia akan menolak untuk berkomunikasi. "Buat apa, toh tidak dipercaya."
- menjadi pendengar yang baik untuk mengetahui apa yang termadi pada diri anak.
- Jika mengetahui anak berbohong, maka kita bisa menjelaskan langsung faktanya tanpa perlu menjnggu ia mengaku. Apalagi memaksanya untuk mengatakan hal yang sebenarnya terjadi. Tindakan ini hanya akan mendidiknya lebih canggih dalam berbohong.
- Mengontrol emosi saat mengetahui anak berbohong. Emosi yang berlebihan dan memanggil anak sebagai pembohong tidak akan menyelesaikan masalah, justru semakin membuat anak takut dan berbohong lagi. Berikan jaminan jika ia berterus terang, maka akan memaafkan dan tidak menghukumnya.
- Mengevaluasi diri apakah kita terlalu keras kepada anak sehingga tersumbat jalur komunikasi dengan anak.
- jika anak berbohong karena imajinasi, maka ajari dia untuk membedakan antara hal yang realistis dan imajinatif tanpa menyalahkan sikap bohonya tersebut.
dikutip dari tips instan mendidik anak oleh Miftahul Jinan
Comments
Post a Comment