Skip to main content

Aku Yang Dulu Bukanlah Yang Sekarang


1. Aku pernah sangat KAGUM pada manusia cerdas, manusia yang kaya sekali, manusia yang berhasil dalam karir hidup dan hebat dunianya..

2. Sekarang aku memilih mengganti kriteria kekagumanku, aku kagum dengan manusia yang hebat di mata Allah..

3. Manusia yang sanggup taat dan bertaqwa kepada Allah, sekalipun kadang penampilannya begitu bersahaja..

4. Dulu aku memilih MARAH karena merasa harga diriku dijatuhkan,
 
5. ketika orang lain berlaku zhalim kepadaku atau menggunjingku, menyakitiku dengan kalimat-kalimat sindiran..
 
6. Sekarang aku memilih BERSYUKUR dan berterima kasih, krn aku yakin ada transfer pahala dari mereka,
ketika aku mampu memaafkan&bersabar..
 
7. Aku dulu memilih MENGEJAR dunia dan menumpuknya sebisaku..
 
8. Ternyata aku sadari kebutuhanku hanya makan dan minum untuk hari ini dan bagaimana cara membuangnya dari perutku..
 
9. Skrng aku memilih BERSYUKUR dg apa yg ada&memilih bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini, dg penuh makna dan brmanfaat untuk sesama.
 
10. Aku dulu berfikir bahwa aku bisa MEMBAHAGIAKAN orangtuaku,
 
11. saudara dan teman-temanku nanti kalau aku berhasil dengan duniaku,
 
12. ternyata yang membuat kebanyakan mereka bahagia bukan itu...,
melainkan karena sikap, tingkah dan sapaku..
 
13. Aku memilih membuat mereka bahagia sekarang dengan apa yang ada padaku..
 
14. Dulu aku memilih untuk membuat RENCANA-RENCANA dahsyat untuk duniaku,
 
15. ternyata aku menjumpai teman dan saudara-saudaraku begitu cepat menghadap kepada-Nya..
 
16. Tak ada yang bisa menjamin aku besok bertemu matahari..
 
17. Tak ada yang bisa memberikan garansi aku masih bisa menghirup nafas keesokan hari..
 
18. Sekarang aku memilih memasukkan dalam rencana-rencana besarku,
 
19. yang paling utama adalah agar aku selalu SIAP menghadap kepada-NYA hari esok atau lusa!
 
20. Semoga kesudahan kita 'indah', mudah dan dalam khusnul khatimah, aamiin.
 
@sahabat_Islami
sumber ; chirpstory.com
 

Comments

Popular posts from this blog

Pesan M. Natsir Untuk Para Guru

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.

CTRL + Z

saya akan mengutip sebuah kata yang dipake tagline di buku Change-nya Rheinald Kasali. Dia bilang, “Sejauh apa pun kamu sudah melangkah, berbaliklah!”

Huruf Al-Quran Nggak Gundul Lagi

Jika kamu membaca Al-Qur'an asli yang diterbitkan pertama kali, yang disebut mushaf utsmani, dijamin seratus persen bakal pusing tujuh keliling. Masalahnya, huruf-hurf pada mushaf itu nggak disertai titik dan tanda baca atau harakat.  Kamu pasti akan kesulitan membedakan huruf ba yang memiliki satu titik dengan ta yang mempunyai dua titik. huruf sin dengan syin pun dijamin ketuker . Tidak hanya itu, mushaf itu juga nggak dibubuhi tanda fathah, kasrah, dan tanda lain, sehingga kamu akan kesulitan membaca vocal a,i, e, dan o.