Skip to main content

Puisiku

Judul : Afidzah Faida Nur Azmi
Oleh : Arie Ramadhany



Bagai Permata yang indah
Kau mempesona
Bagai air yang mengalir
Kau menyejukkan
Bagai api kecil yang menyala
Kau menghangatkan

itulah gambar hatiku
Setelah menerima kehadiranmu
Bulan april waktu itu
Setelah tunai magribku

Do'aku dalam hati
Kelak ia menjadi seorang ahli
Qur'an dan ilmu duniawi
Tekad yang membara
Bercahaya menerangi
Hingga ke pelosok negeri

Itulah dia putri kecilku..
Afidzah Faida Nur Azmi

Judul : Kenalkan Aku
Oleh : Arie Ramadhany

Aku Manusia biasa
Bukan pejabat,
Bukan pula penguasa

Dilahirkan dari
Ayah pekerja
Dan Ibu yang bijaksana
1986 tanggal 5 Juni tepatnya

Namaku nama yang biasa
Tidak terlalu istimewa
Arie Ramadhany itulah namaku
Lahirku pada bulan mulia
Bulan disaat orang2 berpuasa

Agar semangat bulan itu
Terus terjaga
Hingga ku beranjak dewasa
Menjadi orang yang berguna
Bagi nusa dan bangsa

citaku cita sederhana
Menjadi orang yang mulia
Bukan hanya di dunia
tapi juga di akhirat nantinya
Tidak hanya di mata manusia
Di mata Allah yang utama...

Puisi berjudul : Matahari
Oleh : Arie Ramadhany

Pagi ini kulihat dirimu lagi
Bersinar sebagaimana biasanya
Disiplin..ya..kau memang diperintah utk itu
Tak bisa kubayangkan apa jadinya jika kau menunda kedatanganmu

Kau selalu datang tanpa dinanti
Kau memberi cahaya tanpa diminta
Kau memberi bukti tanpa obral janji
Walau kadang kala kau tidak disukai
Tetapi kau tetap berbakti,
Seperti tak perduli dengan segala caci
Kau bersinar lagi..

Ku berkata dalam hati
BagiMu Tuhanku segala Puji
Kau ciptakan makhlukMu ini
Tuk memberi banyak arti
Bagi kami yang tak perduli
Bagi kami yang sering ingkar janji
Bagi kami yang jarang memberi
Yang suka mencaci dan jarang berbakti

BagiMu Tuhanku Segala Puji
Kau ajarkan kepada kami
Melalui makhlukMu yang indah ini
Arti peduli
Arti menepati janji
Arti memberi
Arti berbakti

Comments

Popular posts from this blog

Pesan M. Natsir Untuk Para Guru

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.

CTRL + Z

saya akan mengutip sebuah kata yang dipake tagline di buku Change-nya Rheinald Kasali. Dia bilang, “Sejauh apa pun kamu sudah melangkah, berbaliklah!”

Huruf Al-Quran Nggak Gundul Lagi

Jika kamu membaca Al-Qur'an asli yang diterbitkan pertama kali, yang disebut mushaf utsmani, dijamin seratus persen bakal pusing tujuh keliling. Masalahnya, huruf-hurf pada mushaf itu nggak disertai titik dan tanda baca atau harakat.  Kamu pasti akan kesulitan membedakan huruf ba yang memiliki satu titik dengan ta yang mempunyai dua titik. huruf sin dengan syin pun dijamin ketuker . Tidak hanya itu, mushaf itu juga nggak dibubuhi tanda fathah, kasrah, dan tanda lain, sehingga kamu akan kesulitan membaca vocal a,i, e, dan o.