Skip to main content

Kata Maaf Paling Mahal


Stok maaf seorang ibu itu punya nilai yang sangat mahal. Kalau kita berbuat salah sama ibu, terus ibu kita nggak ngasih maafnya sama kita, bisa berabe akibatnya. Si Malin Kundang anak durhako adalah buktinya. Dia dikutuk jadi batu gara-gara ibunya nggak maafin anaknya yang jadi tajir, tapi nggak ngakuin maminya. Waktu zaman Nabi juga pernah terjadi peristiwa yang mirip dengan kisah Malin Kundang.



Waktu itu, ada seorang laki-laki yang sedang meregang nyawa, sekarat. Lama ditunggu, nyawanya nggak juga lepas dari tubuhnya. Para sahabat yang melihat kejadian itu langsung melapor kepada Rasul. Setelah melihat peristiwa itu, Rasul langsung meminta untuk menghadirkan ibu dari orang yang sekarat itu. Setelah hadir di sisi anaknya, ibu itu ditanya, “Apakah anak itu pernah melakukan kesalahan
yang belum Ibu maafkan?” Si ibu mengiyakan. Anaknya itu pernah melakukan suatu kesalahan dan dia nggak bisa memaafkan kesalahan itu, bahkan dia berjanji nggak bakalan memaafkannya sampe kapan pun. Rasul mengerti perasaan si ibu itu, tetapi Rasul juga mencoba memberi pengertian kepada si ibu.

Kalau si ibu nggak kasih maaf, tuh, anak; si anak bakal terus tersiksa dalam keadaan sekarat. Tahu nggak, sekarat itu sakit banget. Makanya, orang sekarat selalu terlihat tersiksa. Awalnya si ibu keberatan, tapi akhirnya kata maaf meluncur dari mulutnya. Nggak lama kemudian, nyawa anaknya terlepas dengan mudah dari raganya. Itulah, kata maaf dari ibu begitu berharga sekaligus “berbisa”. So, don’t try it at home it’s very dangerous! Tapi inget, suatu ketika, kalau jadi ortu; kamu juga jangan mentang-mentang punya kekuasaan, lalu semena-mena menahan kata maaf buat anak kamu. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, kata maaf itu harus selalu ready stok.

Dia siap dibagikan kapan pun diminta. Kalau kata maaf itu sudah diberikan, jangan ada sisa dendam di hati sebab maaf itu seperti angin yang menghapuskan jejak kaki di padang pasir—nggak ada bekasnya. Kalau pelit membagi kata maaf, kamu mestinya malu sama Allah yang begitu murah memberikan kata maaf-Nya.

Comments

Popular posts from this blog

Pesan M. Natsir Untuk Para Guru

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.

CTRL + Z

saya akan mengutip sebuah kata yang dipake tagline di buku Change-nya Rheinald Kasali. Dia bilang, “Sejauh apa pun kamu sudah melangkah, berbaliklah!”

Huruf Al-Quran Nggak Gundul Lagi

Jika kamu membaca Al-Qur'an asli yang diterbitkan pertama kali, yang disebut mushaf utsmani, dijamin seratus persen bakal pusing tujuh keliling. Masalahnya, huruf-hurf pada mushaf itu nggak disertai titik dan tanda baca atau harakat.  Kamu pasti akan kesulitan membedakan huruf ba yang memiliki satu titik dengan ta yang mempunyai dua titik. huruf sin dengan syin pun dijamin ketuker . Tidak hanya itu, mushaf itu juga nggak dibubuhi tanda fathah, kasrah, dan tanda lain, sehingga kamu akan kesulitan membaca vocal a,i, e, dan o.