Skip to main content

Alaq, Embriology dan Mu'jizat Al-qur'an


Dalam ayat pertama di atas tersebut Allah swt. berkata  "Khalaq" yang berarti menciptakan, menciptakan apa? yaitu seluruhnya. sekarang perhatikan ayat kedua :




artinya : " Allah menciptakan manusia dari segumpal darah yang menggantung ". Coba perhatikan ayat kedua ini Allah Swt. lebih spesifik menegaskan Dia Menciptakan semuanya, terutama manusia. Ayat pertama masih bersifat umum, sedangkan ayat kedua lebih tegas lagi Dialah yang menciptakan manusia dari "Alaq". Dalam bahasa arab kata "Alaq" berasal dari kata kerja "Aliqa" yang berarti sesuatu "yang melekat" atau "yang menggantung". Kata "Alaq" pada ayat ini diartikan oleh sebagian orang sebagai "gumpalan darah".


Namun yang lebih tepat istilahnya adalah "yang melekat" atau "menggantung" berdasarkan pada contoh ungkapan arab yang mengatakan "Aliqa Shoibu fil ju'alah" yang berarti "Binatang atau buruan yang hendak kau buru terperangkap dan menggantung di dalam jaring".
Dan kata ini juga digunakan pada istilah ketika embrio hasil pembuahan sperma dan ovarium pada uterus seorang ibu sesungguhnya ia juga dalam posisi menggantung atau disebut "mu'allaqaat". Dan ini juga menjadi bahan diskusi dikalangan Ilmuwan Embriology di zaman modern saat ini yang mana mereka menyimpulkan bahwa embrio yang berupa gumpalan darah tersebut menggantung yang sangat sesuai dengan bahasa alqur'an pada ayat di atas yaitu "Alaq". SUBHANNALLAH

Inilah Mu'jizat Alqur'an, seorang manusia 14 abad yang lalu telah menerima wahyu dari Sang Pencipta manusia, yang "sangat mustahil" mampu memperkirakan proses awal kejadian manusia, yang mana belum ada teknologi yang mampu melihat keajaiban ini seperti sekarang. Wallahu'alam bishawab.

Sumber: nakcollection.com

  


  



Comments

Popular posts from this blog

Pesan M. Natsir Untuk Para Guru

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.

CTRL + Z

saya akan mengutip sebuah kata yang dipake tagline di buku Change-nya Rheinald Kasali. Dia bilang, “Sejauh apa pun kamu sudah melangkah, berbaliklah!”

Huruf Al-Quran Nggak Gundul Lagi

Jika kamu membaca Al-Qur'an asli yang diterbitkan pertama kali, yang disebut mushaf utsmani, dijamin seratus persen bakal pusing tujuh keliling. Masalahnya, huruf-hurf pada mushaf itu nggak disertai titik dan tanda baca atau harakat.  Kamu pasti akan kesulitan membedakan huruf ba yang memiliki satu titik dengan ta yang mempunyai dua titik. huruf sin dengan syin pun dijamin ketuker . Tidak hanya itu, mushaf itu juga nggak dibubuhi tanda fathah, kasrah, dan tanda lain, sehingga kamu akan kesulitan membaca vocal a,i, e, dan o.