Skip to main content

Persidangan Yang Membuahkan Iman



KHALIFAH Ali, penguasa tertinggi kerajaan Islam dan pejuang yang gagah berani dalam ratusan pertempuran yang pernah ia ikuti, konon kehilangan baju zirah4 kesayangannya. Ali bertanya-tanya siapakah gerangan orang yang berani mencurinya. Akhirnya, baju besi itu diketemukan bersama seorang Yahudi. Ali meminta agar baju besi itu dikembalikan.



Si Yahudi menjawab lantang, "Ini milikku, dan akan tetap bersamaku." Para sahaba t dibua t sangat jengkel mendengar jawaban lancang Yahudi licik itu. "Heemh! Berani-berani-nya makhlu k bodoh itu mengusik kemarahan sang 'Singa'?" pikir orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu. Tetapi meskipun 'Singa', tetapi Ali adalah "Singa Allah".

 Oleh sebab itu, Ali menoleh kepada para sahabat dan berkata, "Jangan begitu! Kalian jangan melihat posisi-ku. Pemimpin dan rakyat adalah setara di mata hukum dan jika perlu seorang khalifah harus mencari perlindung-an pengadilan."

Kufah adalah ibukota kekhalifahan Ali dan jabatan kehakiman tertinggi dipegang oleh hakim Kufah. Dia telah diangkat oleh Ali sendiri. Dan kini Ali meminta bantuan mahkamah syariah. Si Yahudi pencuri itu dipanggil ke pengadilan dan hadir di depan persidangan. Ruang sidang penuh sesak oleh para pengunjung yang sudah menunggu sejak sebelum persidangan dimulai.

Hakim masuk ke ruang sidang lalu duduk di kursi kebesarannya. Ali masuk ke ruangan, berdiri di hadapan hakim dan memberi penghormatan yang lazim. Sang hakim tidak beranjak dari kursinya dan tidak pula menunjukkan sikap penghormatan kepada khalifah. "Apakah Anda mencuri baju besi Ali?" tanya hakim kepada si Yahudi. "Tidak. Tuduhan palsu telah diarahkan padaku. Baju besi itu milikku dan sekarang ada padaku." "Apakah Anda membawa saksi yang bisa membuktikan bahwa benar baju besi itu milik Anda?" tanya hakim
kepada khalifah. "Ya. Anakku, Hasan, dan pembantuku, Qamber. Keduanya adalah saksiku," jawab 'Ali. "Aku tidak bisa mengandalkan persaksian mereka,"
kata sang hakim. "Mengapa? Apakah Anda pikir mereka akan mem-
beri kesaksian palsu?" tanya Ali. "Sama sekali tidak.

Aku tahu bahwa Anda adalah kerabat dekat Nabi Muhammad dan Anda benar-benar orang yang saleh. Lebih dari itu, aku bahkan percaya bahwa pintu surga terbuka untuk Anda. Tetapi menurut hukum Nabi, persaksian seorang anak untuk bapaknya dan seorang pelayan untuk tuannya tidak dapat diterima. Jadi selama Anda tidak bisa mengajukan saksi yang tepat, kasus ini ditutup." Si Yahudi melangkah mendekati Ali, "Alangkah menakjubkan! Belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak pernah terbayangkan! Ini adalah hukum yang lain daripada yang lain. la tidak mempedulikan status sosial seseorang, bahkan posisi khalifah sekalipun. Dan orang yang mengajarkannya pasti bukan manusia biasa. la pasti seorang Nabi.

Wahai Amirul Mukminin! Baju besi ini adalah milik Anda. Silahkan ambil kembali. Dan bersama baju itu, ambil pula sesuatu yang bukan milikmu —karenamulai hari ini, tubuhku, jiwaku, dan kesetiaanku adalah milikmu— 'asyhadu alla ilaha illa Allah, wa asyhadu anna
Muhammad rasul Allah'. []

—The Early Heroes of Islam (Salik)

Comments

Popular posts from this blog

Pesan M. Natsir Untuk Para Guru

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.

CTRL + Z

saya akan mengutip sebuah kata yang dipake tagline di buku Change-nya Rheinald Kasali. Dia bilang, “Sejauh apa pun kamu sudah melangkah, berbaliklah!”

Huruf Al-Quran Nggak Gundul Lagi

Jika kamu membaca Al-Qur'an asli yang diterbitkan pertama kali, yang disebut mushaf utsmani, dijamin seratus persen bakal pusing tujuh keliling. Masalahnya, huruf-hurf pada mushaf itu nggak disertai titik dan tanda baca atau harakat.  Kamu pasti akan kesulitan membedakan huruf ba yang memiliki satu titik dengan ta yang mempunyai dua titik. huruf sin dengan syin pun dijamin ketuker . Tidak hanya itu, mushaf itu juga nggak dibubuhi tanda fathah, kasrah, dan tanda lain, sehingga kamu akan kesulitan membaca vocal a,i, e, dan o.