Skip to main content

Persaingan Yang Indah


Sahabat Umar bin Khaththab biasa menyusuri jalanan kota Madinah tengah malam untuk membantu orang-orang yang kesusahan. Seorang wanita buta hidup di daerah pinggiran kota Madinah menarik perhatian Umar dan ia sendiri turun tangan untuk membantu kebutuhan wanita itu.



Suatu hari, Umar pergi ke rumahnya, tetapi ia mendapatkan bahwa seseorang telah lebih dahulu mengunjungi rumah itu dan memenuhi kebutuhan hidup wanita malang itu. Umar bertanya-tanya siapakah gerangan orang yang telah mengalahkannya dalam kompetisi itu. Malam hari berikutnya, Umar mengunjungi rumah wanita itu lebih cepat untuk mengungkap siapa pesaingnya. Dia tidak perlu menunggu lama, karena orang yang ditunggu-tunggu segera datang dan menghampiri wanita tuna netra itu. Dan ternyata! Orang itu adalah khalifah Abu Bakar.

Kedua pesaing itu saling bertemu dan tersenyum.
Umar bersyukur kepada Allah karena orang yang mampu
mengalahkannya adalah khalifah sendiri, bukan orang
lain. []
—The Early Heroes of Islam (S. A. Salik)

Comments

Popular posts from this blog

Pesan M. Natsir Untuk Para Guru

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.

CTRL + Z

saya akan mengutip sebuah kata yang dipake tagline di buku Change-nya Rheinald Kasali. Dia bilang, “Sejauh apa pun kamu sudah melangkah, berbaliklah!”

Huruf Al-Quran Nggak Gundul Lagi

Jika kamu membaca Al-Qur'an asli yang diterbitkan pertama kali, yang disebut mushaf utsmani, dijamin seratus persen bakal pusing tujuh keliling. Masalahnya, huruf-hurf pada mushaf itu nggak disertai titik dan tanda baca atau harakat.  Kamu pasti akan kesulitan membedakan huruf ba yang memiliki satu titik dengan ta yang mempunyai dua titik. huruf sin dengan syin pun dijamin ketuker . Tidak hanya itu, mushaf itu juga nggak dibubuhi tanda fathah, kasrah, dan tanda lain, sehingga kamu akan kesulitan membaca vocal a,i, e, dan o.