Skip to main content

"Maaf"Harus Selalu Ready Stock


Cobalah lihat kamus setiap bahasa dunia. Pasti di sana selalu ada kata maaf. Kayaknya, nggak ada satu bahasa pun di dunia yang nggak punya kata maaf. Orang-orang zaman dulu, yang pertama kali bikin bahasa, pasti sudah menyiapkan kata ini karena mereka sadar kalau manusia pasti memerlukannya. Seandainya manusia nggak pernah berbuat salah, pasti kata maaf nggak bakal ada dalam bahasa manusia.



Cuma di kamusnya malaikat yang nggak ada kata maaf. Soalnya, mereka memang nggak pernah melakukan kesalahan. Di dalam bahasa Arab, maaf adalah afwan yang asal katanya dari ‘afa. Kata ‘afa ini makna dasarnya, sih, sesuatu yang berlebih. Misalnya, kamu punya baju sepuluh stel, tapi lemari kamu cuma muat 7 stel; nah, kelebihan baju itu harus kamu berikan. Jadi, kata ‘afa identik dengan memberikan kelebihan yang kita miliki.

Begitu juga arti maaf. Kita harus selalu punya stok maaf yang buanyak, yang selalu siap untuk dibagikan kepada setiap orang yang melakukan kesalahan kepada kita.
Makanya, untuk masalah maaf-memaafkan, nggak ada istilah “tiada maaf bagimu”.
‘Afa dalam bahasa Arab bisa juga berarti “menghapuskan”. Biasanya, kata ‘afa ini dimisalkan dengan jejak kaki di padang pasir yang terhapus disapu angin atau air, nggak berbekas sama sekali. Nah, begitu juga sifat maaf. Kalau kita sudah memafkan
kesalahan, nggak usah lagi ada sisa dendam atau unek

unek di dalam hati. Kalau mulut sudah memberi maaf, tetapi di hati masih ada sisa dendam atau kesel; berarti kamu belum memaafkan. Eh, kalau kita bisa memahami kata maaf sampe dalam, sebetulnya, maaf ini satu ramuan ajaib yang membuat
hidup kita jadi plong. Kalau sudah jago memaafkan, pasti hati kita bakalan kinclong. Nggak ada rasa kesal atau dendam. Hidup ini dijamin cerah sumringah.

Ingat nggak lagunya Armand Maulana yang bunyinya kayak gini, “Seandainya kita bisa saling memaafkan ....” Kalau nggak bisa memaafkan kesalahan diri kita dan
orang-orang di sekitar kita, berarti kita memungkiri kemanusiaan kita. Kalau nggak pernah mau memaafkan, sama aja kamu menganggap diri kamu malaikat yang
dikelilingi malaikat lain yang nggak pernah berbuat salah. Gini aja deh, kalau masih susah memaafkan, cepetan sadari bahwa diri kamu dan orang-orang di sekitarmu itu
manusia juga, yang nggak pernah bisa bebas dari salah. Pasti kamu sudah tahu kalau kebanyakan sikap frustasi berawal dari sikap nggak bisa memaafkan kesalahan.
Banyak remaja yang terlibat narkoba gara-gara nggak bisa memaafkan kesalahan ortunya. Dia kesal, trus mengutuk ortunya sekaligus mengutuk hidupnya. Akhir-
nya, dia lari dari kenyataan, lalu masuk ke alam imajinasi narkoba. Kamu juga pasti sudah tahu kalau banyak anak cewek jadi lesbian gara-gara dia pernah dikecewain sama cowoknya. Kesalahan cowoknya membuat dia kehilangan keper cayaan sama semua cowok di dunia dan dia memutuskan untuk menjalin kasih sama sesama jenis. Kalau kita nggak bisa memaafkan diri kita, kejadiannya bakal kayak remaja
di Jepang yang gampang banget bunuh diri. Naudzubillahi mindzalik
---irfan amalee

Comments

Popular posts from this blog

Pesan M. Natsir Untuk Para Guru

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.

CTRL + Z

saya akan mengutip sebuah kata yang dipake tagline di buku Change-nya Rheinald Kasali. Dia bilang, “Sejauh apa pun kamu sudah melangkah, berbaliklah!”

Huruf Al-Quran Nggak Gundul Lagi

Jika kamu membaca Al-Qur'an asli yang diterbitkan pertama kali, yang disebut mushaf utsmani, dijamin seratus persen bakal pusing tujuh keliling. Masalahnya, huruf-hurf pada mushaf itu nggak disertai titik dan tanda baca atau harakat.  Kamu pasti akan kesulitan membedakan huruf ba yang memiliki satu titik dengan ta yang mempunyai dua titik. huruf sin dengan syin pun dijamin ketuker . Tidak hanya itu, mushaf itu juga nggak dibubuhi tanda fathah, kasrah, dan tanda lain, sehingga kamu akan kesulitan membaca vocal a,i, e, dan o.