Skip to main content

Ketika sekelompok jin Mendengarkan Al Qur’an




 Ada satu peristiwa unik yang diabadikan di dalam Al Qur’an dan tentu semua ayat di dalam AlQur’an ditujukan untuk menjadi pelajaran berharga untuk kita yang senantiasa relevan setiap masa. Yaitu peristiwa dimana ada sekelompok kecil dari kalangan bangsa jin ketika melewati Nabi saw. yang menurut riwayat beliau saw. sedang sholat subuh. Apa yang dilakukan oleh mereka bangsa jin ini, mereka berhenti dan mendengarkan apa yang dibacakan oleh Nabi saw. di dalam sholat beliau. Mari kita simak bagaimana Allah swt. mengabadikan momen ini di dalam surah ke 46 al ahqaf ayat ke 29. Namun sebelum masuk  ke ayatnya, ada baiknya kita mengetahui latar peristiwa di balik turunnya ayat ini, yaitu ketika Nabi saw. mengalami masa puncak penolakan yang keras dari kafir Quraisy, dan beliau berinisiatif untuk pergi ke kota Thaif yang berada di dekat Makkah untuk menyampaikan pesan Al Qur’an. Namun tidak disangka justru belum genap 1 hari beliau di sana, justru di sambut penolakan yang lebih dahsyat dari yang dilakukan oleh kafir Quraish di Makkah selama bertahun tahun, beliau menerima hujatan, hingga pelemparan batu hingga sekujur tubuh beliau mengalami luka. Setelah melalui peristiwa itu sebelum sampai di kota Makkah di sebuah tempat beliau berhenti untuk melaksanakan sholat, dan pada saat itulah Allah azza wa jalla mengabarkan kepada beliau saw. bahwa ada sekelompok jin yang mendengarkan yang dibaca oleh beliau saw. di dalam sholatnya.


ayatnya dimulai dengan ungkapan *وَإِذْ صَرَفْنَآ إِلَيْكَ نَفَرًۭا مِّنَ ٱلْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ ٱلْقُرْءَانَ*. Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran. Menarik ketika Allah menggunakan kata *يَسْتَمِعُونَ* daripada kata yasma’un atau saami’un. ini mengindikasikan bahwa mereka tidak hanya sekedar mendengar biasa, namun berusaha benar benar mendengarkan. ada usaha terbaik untuk mendengarkan. itulah kesan yang didapatkan pada kata ini. Menarik karena sekelompok jin ini belum pernah mendengarkan Al Qur’an sebelumnya, namun mereka mengajarkan kepada kita sebuah etika, ketika mendengarkan Al Qur’an dibacakan maka mereka berusaha sebaik mungkin untuk mendengarkan, lalu perhatikan apa selanjutnya, *فَلَمَّا حَضَرُوهُ*. Allah azza wajalla menggambarkan sikap mereka ketika mendengarkan alqur’an selanjutnya adalah mereka menghadirinya, perhatikan kata yang digunakan pada ayat ini yaitu  *حَضَرُو* kata ini tidak hanya bermakna sekedar hadir, namun ada nuansa tambahan yaitu nuansa penghormatan mereka terhadap suasana saat itu, karena kata ini biasa digunakan di situasi dimana ketika seorang yang berkuasa berbicara, seperti seorang raja berbicara, anda jika berada di situasi dimana seorang yang penting berbicara maka etikanya adalah anda tidak boleh menyela pembicaraannya, memotong pembicaraannya, karena akan dianggap sebagai perlawanan. begitu juga ketika AlQuran dibacakan, maka nuansa seperti itu harus diwujudkan karena yang berbicara bukan manusia, melainkan pencipta manusia dan yang menguasai manusia yaitu Allah azza wa jalla, sebagaimana halnya ketika kita sholat, kita dilarang untuk berbicara bukan. selanjutnya mereka berkata *قَالُوٓا۟ أَنصِتُوا۟*. Maka perhatikan respon mereka, para jin ini berkata ansitu, yang bermakna dua hal yaitu diam dan dengarkan dengan seksama. mereka memberi perhatian penuh kepada apa yang dibacakan yaitu Al Qur’an, ini juga menjadi pelajaran penting bagi kita yang sudah lama berinteraksi dengan Al Qur’an, diam untuk tidak berbicara mungkin mudah bagi kita untuk dilakukan, namun mendiamkan atau menenangkan pikiran kita itu bukan hal yang mudah. Di zaman kita saat ini dimana informasi yang tersaji begitu banyak, namun mirisnya kemampuan untuk mendengarkan informasi yang menjadi sangat rendah, bisa kita bandingkan 10 atau 20 tahun silam dimana orang masih bisa bertahan jika harus mendengarkan 1 sampai 2 jam, namun sekarang di zaman dimana media sosial menjadi bagian kehidupan kita, durasi 59 detik pun terasa begitu lama. anda boleh lakukan itu untuk hal yang lainnya, namun tidak dengan Al Qur’an. anda harus memberi perhatian penuh kepada bacaan ini, anda tidak bisa menjadikannya seperti musik latar, dimana anda masih bebas berbicara satu sama lain ketika ia dibacakan, atau bahkan ketika mendengarkan penjelasan tentang ayat ayat ini, anda harus memberikan perhatian penuh akan itu. inilah pintu pertama ketika anda berinteraksi dengan Al Qur’an. Lihatlah Kaum arab Quraisy yang menentang Nabi saw. jauh lebih baik pemahamannya terhadap Qur’an dibanding dengan kita, mereka mampu berbicara bahasa arab lebih baik daripada kita, bahkan mereka lebih mampu memahami perkataan Nabi saw. dibanding kita, namun mengapa sebagian mereka masih menolak kebenaran, bukan karena pengetahuan yang dimiliki namun karena mereka menutup diri untuk tidak mau Al Qur’an masuk secara utuh ke dalam pikiran dan hati mereka. Mereka tidak mau mendengarkan, mereka berusaha membuat gangguan ketika Qur’an dibacakan, *وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَا تَسْمَعُوا۟ لِهَـٰذَا ٱلْقُرْءَانِ وَٱلْغَوْا۟ فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ* Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka". 


Kemudian ayatNya berlanjut *فَلَمَّا قُضِىَ* ketika Alquran itu telah selesai dibaca, perhatikan lagi ungkapan ini, mereka betul betul mendengarkan sampai selesai yaitu ketika Nabi selesai membacakannya di dalam Sholat. lalu lihatlah reaksi mereka *وَلَّوْا۟ إِلَىٰ قَوْمِهِم مُّنذِرِينَ* . mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. mereka adalah sekelompok jin yang sedang melintas dan mengalami peristiwa yang luar biasa mereka rasakan dalam diri mereka, namun tidak berhenti disitu, mereka juga tahu bahwa ini adalah sesuatu yang berharga dan amat sangat penting untuk disampaikan kepada yang lain. anda bayangkan mereka hanya mendengarkan beberapa ayat Al Qur’an dan itupun di dalam sholat, namun mereka mendapatkan manfaat yang luar biasa dari al qur'an ini. dan mereka berusaha sekuat tenaga untuk kembali kepada kaumnya, kemudian memberi peringatan dan berbagi manfaat kepada kaumnya, ini juga pelajaran berharga bagi kita, bahwa 1 ayat 2 ayat al qur'an anda dengarkan dengarkan dan pelajari dengan sebaik mungkin, kemudian anda sampaikan kepada orang lain itu adalah momen berharga yang dinilai Allah azza wa jalla, sebagaimana Allah azza wajalla merekam peristiwa ini dan menjadikannya bagian dari Al Qur’an. Sebagai pelajaran berharga bagi kita. 


Wallahu’alam.


Comments

Popular posts from this blog

Pesan M. Natsir Untuk Para Guru

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.” Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orang tua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.

Huruf Al-Quran Nggak Gundul Lagi

Jika kamu membaca Al-Qur'an asli yang diterbitkan pertama kali, yang disebut mushaf utsmani, dijamin seratus persen bakal pusing tujuh keliling. Masalahnya, huruf-hurf pada mushaf itu nggak disertai titik dan tanda baca atau harakat.  Kamu pasti akan kesulitan membedakan huruf ba yang memiliki satu titik dengan ta yang mempunyai dua titik. huruf sin dengan syin pun dijamin ketuker . Tidak hanya itu, mushaf itu juga nggak dibubuhi tanda fathah, kasrah, dan tanda lain, sehingga kamu akan kesulitan membaca vocal a,i, e, dan o.

Harga Sebuah Kebebasan